Kepemimpinan Pembentuk Masa Depan

Menghadapi masa pandemi covid-19 yang tidak kunjung berakhir ini, dunia usaha menghadapi tantangan berat, dampaknya telah dirasakan oleh hampir semua jenis usaha. Pertanyaan yang muncul, kepemimpinan bisnis seperti apa yang tepat untuk menghadapi situasi yang tidak menentu dan penuh ketidakpastian ini?

Bersamaan dengan bencana pandemi covid-19 ini, kita juga kian disadarkan bahwa pengaruh pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga sudah makin nyata bagi dunia bisnis saat ini. Terutama dengan meluasnya layanan daring (online). Yang pada masa pandemi ini dipercepat penerapannya, baik dalam pelayanan jasa, pengiriman barang, pelayanan perbankan, penyelenggaraan pendidikan, maupun kesehatan. Work from home (WfH), study from home (SfH), dan shopping from home telah menjadi kebiasaan baru masyarakat konsumen. Dampak disrupsinya sudah kita rasakan dengan berkurangnya lapangan kerja.

Continue reading

Mendisrupsi Diri Sendiri

Disrupsi menjadi kata kunci sejak Clayton Christensen membuatnya terkenal melalui bukunya yang terbit lebih dari dua dekade yang lalu, The Innovator’s Dilemma (1997). Fenomena disrupsi kemudian “mewabah” satu dekade terakhir seiring dengan banyaknya gangguan pada industri-industri yang telah mapan. Para pengganggu tersebut kemudian bahkan menjungkalkan pemain-pemain lama yang sebelumnya dikenal sebagai jawara di industrinya. Seperti Grab atau Uber mengganggu industri taksi. Amazon mengganggu industri ritel. Oxo mengganggu industri peralatan dapur.

Disrupsi adalah gangguan yang mengubah fundamental bisnis. Apakah perusahaan-perusahaan besar dan mapan serta merupakan petahana di industrinya bisa menghadapi disrupsi? Setelah melihat beberapa bukti dan dikuatkan dengan buku karya Christensen, kebanyakan orang akan menjawa: tidak bisa. Perusahaan petahana, besar, dan mapan tersebut tidak mampu menghadapi disrupsi.

Benarkah itu?

Continue reading

Peluang Tersembunyi dari Disrupsi

Apa yang terjadi ketika teknologi baru dan berkembang cepat menciptakan peluang untuk membebaskan sumber pendapatan yang saat ini belum dimanfaatkan, karena masih ‘terperangkap’?

Semakin hari, teknologi digital semakin menciptakan alat yang digunakan oleh pendatang baru dan pesaing untuk membuat produk dan layanan baru, yang menargetkan dan melepaskan permintaan-permintaan tersembunyi (laten) serta memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Dengan kata lain mereka melakukan disrupsi.

Untuk menghadapinya, perusahaan yang terdisrupsi atau akan melakukan disrupsi perlu melihat peluang-peluang untuk membebaskan potensi pendapatan. Potensi pendapatan itu dinamakan ‘nilai yang terperangkap’. Nilai untuk pelanggan dan tentunya nilai untuk perusahaan. Kalau sampai perusahaan lain menemukannya duluan, maka tidak saja pertumbuhan bisnis saat ini yang akan terganggu, bahkan eksistensi bisnis di masa depan.

Nilai yang terperangkap bagi para entrepreneur seperti madu untuk beruang: Ini menarik modal baru dan pendatang baru yang ingin bereksperimen di pasar Anda dan berkolaborasi dengan pelanggan, pemasok, dan pemangku kepentingan lainnya. Namun kabar baik bagi organisasi yang sudah mapan adalah, mereka dapat melakukan hal yang sama baiknya — dan seringkali lebih baik — dalam melepaskan nilai yang terperangkap. Lalu, di mana nilai-nilai tersebut berada?

Continue reading

Esports: Industri Baru yang Menjanjikan

Akhir tahun lalu, seorang atlet esports (electronic sports) Indonesia menjadi korban tindak pidana penggelapan uang. Dana sejumlah Rp 20 miliar raib dari akunnya di sebuah bank. Sungguh kejadian yang sangat tidak menyenangkan, mengingat uang tersebut merupakan tabungan hasil kerja kerasnya sebagai atlet esports profesional.

Tabungan berjumlah fantastis itu mungkin jauh dibandingkan akumulasi kekayaan atlet esports Indonesia yang sudah malang melintang di kancah internasional, Hansel ‘BnTeT’ Ferdinand. Dalam setengah semester saja  atlet pro player CS:GO (Counterstrike: Global Offensive) ini berhasil mengantongi hadiah pertandingan senilai Rp 1,4 miliar. Hanya akumulasi hadiah pertandingan, belum pendapatan dari sumber-sumber lain terkait sepak terjangnya di dunia esports.

Istilah esports atau olahraga elektronik muncul pada akhir 1990-an. Sebelumnya, kompetisi video-game pertama (Intergalactic Spacewar Olympics) diadakan pada 19 Oktober 1972 di Stanford University dengan hadiah berlangganan majalah Rolling Stone satu tahun.  Esports didefinisikan sebagai “area kegiatan olahraga di mana orang mengembangkan dan melatih kemampuan mental atau fisik dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi” (Wagner, 2006).

Continue reading

Berpikir Strategis dalam Masa Pandemi

Tentu semua orang akan selalu dihadapkan pada situasi yang tidak pasti, terutama dalam situasi pandemi Covid-19. Ketidakpastian ini semakin terlihat dinamis kearah yang negatif. Banyak kondisi ketidakpastian yang dihadapi masyarakat dalam situasi pandemi Covid-19. Baik ketidakpastian dalam bidang politik, keberlanjutan kerja, pendidikan anak, bahkan soal keselamatan diri terhadap penyebaran Covid-19 yang semakin luas.

Para profesional dalam memperkirakan dan mengantisipasi masa mendatang, sering melakukannya dengan prakiraan (forecasting), berdasarkan data waktu-ke-waktu (time-series) sebelumnya. Namun itu terbatas pada aspek-aspek yang kejadianya berpola dan bersifat kuantitatif. Bagaimana dengan hal-hal yang sulit dipolakan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab di luar kemampuan kita dalam mengenalinya?

Sebagai contoh nyata yang kita alami saat ini, kapan pandemi Covid-19 akan berlalu? Apakah akan terjadi resesi ekonomi? Apakah Amerika akan terus mempertahankan perang dagang dengan Cina? Bagaimana kelanjutan dari kesepakatan Brexit? Padahal banyak kejadian lain atau keputusan yang akan menimpa kita atau berdampak pada kantor kita, investasi, pemasaran dan lain sebagainya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Untuk mengantisipasi faktor-faktor ketidakpastian itulah perlu dibuat skenario dalam menghadapi berbagai situasi. Menyusun skenario sebenarnya bukanlah pekerjaan yang mustahil dilakukan. Tentu menyusun skenario tidak hanya bisa dilakukan oleh peramal. Kita semua dapat melakukannya sesuai kebutuhan, melalui latihan sendiri, atau bersama rekan kerja.

Dari beberapa pendekatan dalam proses penyusunan skenario, ada di antaranya pendekatan yang populer dikembangkan oleh Peter Schwartz, presiden dan pemilik Global Business Network (GBN). Pendekatan ini telah mengalami banyak modifikasi sesuai pengalaman dan tujuan penerapan penyusunan skenario.

Langkah-langkah tahapan utamanya dapat disarikan menjadi delapan langkah yang dinamis, yaitu:
Continue reading

Nakhoda Baru di Kapal Oleng

nakhoda

Agak jauh sedikit ke belakang, pada Mei 2019, The We Company atau yang lebih dikenal sebagai WeWork, perusahaan rintisan coworking space dinobatkan sebagai perusahaan rintisan yang paling berharga di dunia. Nilai valuasi perusahaan yang disokong oleh perusahaan investasi asal Jepang Softbank ini, adalah 47 miliar USD atau kurang lebih Rp 658 triliun. Fantastis.

Yang lebih mencengangkan, kurang dari enam bulan berikutnya perusahaan ini berada dalam tubir kebangkrutan, dan mengumumkan pengurangan 2.400 karyawannya. Untuk menyelamatkan kapal barunya yang makin oleng, Softbank mengganti nakhoda WeWork.

Dari dalam negeri, pergantian pimpinan puncak perusahaan BUMN banyak terjadi dalam tiga bulan terakhir. PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk., PT PLN (Persero), dan lain-lain. Lebih jauh ke belakang, pertengahan tahun 2018, Hexana Tri Sasongko diangkat menjadi nakhoda PT Jiwasraya (Persero) untuk memulihkan kinerja dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap BUMN asuransi tersebut.

Di sektor swasta nasional, salah satu unicorn Indonesia, Bukalapak juga mengalami pergantian pimpinan puncak, di mana pendiri Bukalapak, Ahmad Zaky digantikan oleh Rachmat Kaimuddin. Pergantian pimpinan ini konon sebagai salah satu strategi untuk menjadikan Bukalapak unicorn yang menghasilkan keuntungan.
Continue reading

Strategi dalam Ketidakpastian

Sementara itu jumlah penderita terus meningkat dari 44 kasus yang ditemukan hanya di kota Wuhan, Cina, tanggal 2 Januari 2020, menjadi lebih dari 3 juta kasus di 212 negara pada 2 Mei 2020. Dengan kenaikan jumlah penderita, juga belum ada yang bisa menjawab dengan pasti berapa sebenarnya jumlah orang yang tertular Covid-19.

Jenis ketidakpastian tentang fakta, angka, dan sains ini disebut ketidakpastian epistemik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang masa lalu dan masa kini. Akan sangat sulit untuk memprediksi masa depan dalam situasi yang penuh ketidakpastian.
Continue reading

Panutanque: Kunci Bagi Pemimpin Para Milenial

Generasi milenial sedang banyak disoroti. Yang positif, generasi ini antara lain dipandang kreatif, fasih dengan teknologi informasi (baca: gawai), biasa multitasking (minum kopi, ngemil, nonton Netflix, balas WA, update Instagram, browsing, belanja online, sambil ngobrol), kritis karena kebanjiran informasi, peduli dengan isu-isu kemanusiaan dan lingkungan hidup. Yang negatif, ini adalah generasi yang manja, inginnya serba instan, tidak suka membuat rencana jangka panjang (misalnya tidak menabung untuk masa depan), kurang keterampilan sosial, dan kurang berani mengambil risiko. Bagaimana sebaiknya memimpin dan mengarahkan anggota team atau bawahan milenial?

Istilah “milenial” pertama kali dicetuskan oleh dua orang ahli sejarah dari Amerika Serikat, William Strauss dan Neil Howe, dalam buku best seller-nya yang berjudul Millennials Rising: The Next Great Generation (2000). Mereka menciptakan istilah ini tahun 1987, yaitu pada saat anak-anak yang lahir pada tahun 1982 masuk pra-sekolah. Saat itu media mulai menyebut milenial sebagai kelompok yang terhubung ke milenium baru di saat lulus SMA di tahun 2000. Tidak ada konsensus mengenai rentang tahun lahir generasi milenial. Dalam Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia yang diterbitkan tahun 2018, konsep generasi milenial Indonesia adalah Penduduk Indonesia yang lahir antara tahun 1980-2000.

Continue reading

Kepemimpinan di Era Digital (e-leadership)

Akibatnya, pendekatan kepemimpinan tradisional tidak lagi dirasa efektif untuk mengelola dan memimpin bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Ada kebutuhan untuk melampaui kepemimpinan tradisional dan menggunakan gaya kepemimpinan baru.

Kepemimpinan berarti interaksi antara pemimpin dan pengikutnya di mana pemimpin membimbing dan mengawasi pengikutnya untuk melakukan pekerjaan. Jadi, kepemimpinan berarti memengaruhi orang-orang untuk bekerja mencapai tujuan organisasi, kelompok, atau mungkin juga tujuan pribadi pemimpin. Dengan perkembangan dan inovasi dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti pengembangan e-commerce dan internet, gaya kepemimpinan baru telah muncul yang disebut e-leadership.
Continue reading

Pemimpin Otentik Dibangun Melalui Pengalaman

Demam Pilkada yang memilih 171 kepala daerah Juni lalu masih belum reda. Tentu kita berharap bahwa yang kita pilih adalah pemimpin yang genuine, yang seperti iklan politiknya, yang konsisten antara apa yang dikatakan dengan yang dia kerjakan. Dengan kata lain, kita berharap agar yang kita pilih tersebut adalah betul-betul pemimpin yang otentik.

Berbeda dengan teori kepemimpinan lama, yang berorientasi pada “gaya” kepemimpinan, termasuk teori tentang “tokoh besar (the great man theory) dan kepemimpinan berbasis kompetensi (competency-based leadership), kepemimpinan otentik ini lebih banyak dijelaskan melalui proses (transformasi) dalam pembentukan atau pengembangannya.

Dalam monograf mengenai kepemimpinan otentik yang terbit tahun 2005, Alvolio, Gardner, dan Walumbwa (2005) bersepakat bahwa kepemimpinan otentik adalah pendekatan terhadap kepemimpinan yang menekankan pentingnya membangun legitimasi pemimpin melalui hubungan yang jujur dengan pengikut, yang menghargai masukan mereka, dan dibangun di atas landasan etika. Margarita Mayo, seorang profesor ahli kepemimpinan dalam bukunya, Yours Truly (2018), mengatakan bahwa pemimpin otentik adalah orang-orang positif dengan konsep diri yang jujur yang mempromosikan keterbukaan.

Continue reading