Pekerjaan Rumah Kejutan Awal Tahun

elpijiMemasuki awal 2014, dunia bisnis kembali memperoleh ‘kado’ spesial berupa kenaikan harga Elpiji non subsidi yang mencapai 68%. Meski belakangan kenaikannya dipangkas, keputusan ini turut berdampak pada perekonomian rumah tangga sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Elpiji yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan hingga beberapa industri (sebut saja perhotelan dan restoran) telah menjelma menjadi kebutuhan dasar kini menjadi barang mewah. Padahal, setidaknya selama empat tahun terakhir, pemerintah sangat rajin melakukan konversi dari minyak tanah ke penggunaan Elpiji sebagai bahan bakar.

Alhasil pro dan kontra kenaikan harga inipun terjadi. Mulai konsumen rumah tangga, industri, hingga kalangan pemerintah pun turut melontarkan opini negatifnya. Namun, terlepas dari argumen yang disampaikan, ada pelajaran berharga yang juga menciptakan konsekuensi dari realitas ini.

Pertama, terkait eksplorasi sumber-sumber energi baru yang terbarukan. Selang dua dasawarsa terakhir, bangsa kita telah ‘terbuai’ dengan kepemilikan sumber mineral yang berlimpah. Di zaman orde baru, bahkan migas telah menjadi primadona yang mendatangkan devisa bagi negara.

Namun kini, kita dihadapkan pada menipisnya ketersediaan sumber mineral tersebut. Beberapa ahli bahkan mulai memprediksi bahwa umur sumur-sumur di seluruh nusantara hanya mampu menopang pasokan untuk 20 tahun ke depan. Kondisi tersebut spontan membangunkan kita dari tidur lelap selama bertahun-tahun.

Di lain sisi, negara-negara tetangga terlihat tengah sibuk berinovasi pada sumber energi alternatif, mulai dari upaya menemukan sumber energi yang dimaksud hingga memproduksi produk-produk yang siap menggunakan bahan bakar baru.

Dengan mengusung tema ramah lingkungan, secara tak langsung mereka sedang menyiapkan daya saing di masa depan. Ini merupakan sinyal pengingat bagi kita untuk segera bangkit dan beradaptasi dengan realitas yang ada.

Salah satu sumber energi yang layak menjadi alternatif saat ini adalah tenaga surya. Sebagai bahan refleksi, kenaikan harga Elpiji khusus untuk kemasan 50 kg berada di level Rp 160.000. Bila industri perhotelan menggunakan bahan ini untuk menyediakan layanan pemanas air, bisa dipastikan akan meningkatkan biaya operasi usaha. Ujung-ujungnya, kenaikan tarif sewa kamar tak dapat dihindari.

Jika konsumen turut mengalami peningkatan daya beli, tarif yang tinggi tidak akan jadi soal. Namun, bila kondisi sebaliknya yang terjadi, niscaya hal tersebut berdampak negatif pada tingkat hunian hotel di nusantara.

Nah dengan kendala tersebut, pemanfaatan tenaga surya diyakini mampu menekan biaya operasi. Memang ada biaya investasi yang cukup besar untuk memanfaatkan sumber energi tersebut, namun perhitungan kelayakan keuangan menunjukkan bahwa dana awal yang besar itu akan segera kembali jika manajemen mampu mempertahankan tingkat hunian (dengan tidak menaikkan tarif secara signijikan tentunya).

Hal berikutnya yang dapat dipetik adalah ajaran untuk lebih bijak dalam mengonsumsi energi. Terlepas dari opini bahwa kebijakan ini cukup memberatkan masyarakat, namun cara pandang positivisme mengajak kita untuk meninjau kembali bagaimana konsumen industri maupun rumah tangga memanfaatkan energi.

Masih lekat dalam ingatan respon masyarakat ketika tarif dasar listrik meningkat tajam beberapa waktu lalu. Moto ‘Matikan saat tak digunakan’pun terbukti tidak hanya menghemat konsumsi listrik, namun juga menciptakan efisiensi di sejumlah perusahaan maupun konsumen rumah tangga. Meski awalnya opini negatif sempat menyeruak, namun lambat laun konsumen menikmati keuntungan dari efisiensi tersebut. Hal senada mungkin akan kita alami di tahun ini.

Mewacanakan paradigma di atas memang bukan hal yang mudah, terlebih dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil (rupiah yang terus melemah, suku bunga acuan yang terus meningkat hingga bunga kredit yang melambung tinggi). Ancaman inflasi tinggi kini menjadi pekerjaan rumah terberat bagi segenap kalangan, khususnya pemerintah.

Semoga solusi atas ‘PR’ kejutan awal tahun ini dapat kita temukan dalam agenda politik para partai peserta Pemilu April nanti. Selamat Tahun Baru, sukses selalu menyertai Anda!

*Tulisan dimuat di harian Kontan, 8 Januari 2014. H. 15.

Aries Heru PAries Heru Prasetyo.
Ketua Program Sarjana PPM School of Management
AHP@ppm-manajemen.ac.id

Leave a comment