Krisis memang identik dengan kendala atau kesulitan dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis. Tingginya nilai tukar US$ ketika industri lokal masih sangat tergantung pada material impor disebut-sebut sebagai titik awal problematika nasional.
Padahal bila dicermati lebih lanjut ketika efisiensi tak berhasil dilakukan maka umumnya pengurangan karyawan akan menjadi pilihan terbaik. Hanya saja, terbaik bagi bisnis bukan selalu berarti terbaik pula bagi perekonomian nasional. Riak-riak gejala deindustrialisasi kini mulai terasa di sejumlah sektor, salah satunya di bidang pangan.
Bisnis tempe pun kini terkena imbasnya. Melambungnya harga kedelai akibat rendahnya pasokan dalam negeri telah menempatkan pebisnis pada posisi yang tidak menguntungkan. Di satu sisi terdapat tuntutan kenaikan biaya produksi, sedangkan di sisi lain konsumen ‘menolak’ untuk membeli produk dengan harga baru. Di titik tersebut, perdagangan antara keduanya sulit terjadi.
Continue reading